INFOBDL --- Penetrasi media massa di jaman yang serba digital semakin tidak terbendung, belum lagi boomingnya media jejaring sosial diberbagai kalangan masyarakat membuat arus informasi semakin deras mengalir tak tertahankan. Hal tersebut tentu memiliki dampak positif dan negatif, disatu sisi masyarakat dapat mengakses informasi secara cepat, namun disisi lain, dengan adanya jejaring sosial membuat semua orang bisa menjadi pewarta. Siapa saja bebas menyebarkan berita apa saja, terlepas berita itu benar atau tidak
Belakangan unsur politik malah lebih sering berperan dalam pemberitaan yang tidak berimbang, tidak sesuai fakta, SARA, bahkan cenderung memecah belah bangsa hanya untuk kepentingan segelintir orang atau golongan tertentu. Padahal dari zaman dahulu, kearifan bangsa kita justru dikenal karena selalu menjunjung tinggi azas mufakat demi kepentingan bersama, bukan sebaliknya.
Generasi Penerus Jaman Now
Hal tersebut secara langsung maupun tidak, berdampak kepada generasi anak muda yang saat ini lebih hits dengan sebutan Kids jaman Now. Sebagian besar (jika tidak ingin dibilang semua) mengalami kemerosotan akhlak dan kurangnya akan wawasan kebangsaan. Lihat saja bagaimana anak-anak tersebut dengan bangga dan berani menghina orang lain di media sosial, memaki guru, melawan petugas kepolisian, berbuat asusila, dan seterusnya. hal tersebutlah yang kemudian akan menggerus nilai-nilai gotong royong, musyawarah mufakat, toleransi, persatuan dan kesatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia.4 Pilar Kebangsaan
Negara Indonesia, layaknya sebuah rumah dibangun diatas pilar-pilar yang menopang bangunan agar tetap kokoh. Yakni empat pilar kebangsaan, yang terdiri atas Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhnika Tunggal Ika. Empat pilar inilah yang akan menjadi dasar dalam menjalankan kehidupan bangsa. Namun, jika kita melihat pada generasi jaman now, faktanya pilar-pilar tersebut sepertinya sudah mulai goyah, semangat nasionalisme hanya hadir dipertandingan bola yang ujung-ujungnya berakhir nyaris rusuh.MPR RI dan Netizen Lampung
Marajut kembali modal ideologi bangsa dalam satu bangunan kokoh dengan empat pilar kebangsaan tentu bukanlah hal yang dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Menjaga agar bangunan kebangsaan Indonesia tidak mudah runtuh akibat derasnya arus budaya luar serta, perkembangan zaman modren merupakan tugas kita semua sebagai warga negara Indonesia. Para pemimpin harus mencontohkan serta memupuk semangat Nasionalisme kepada generasi muda. Pejabat pemerintahan baik itu legislatif, eksekutif, dan yudikatif harus ambil bagian dalam mendidik generasi penerusSeperti halnya yang tenagh dilakukan oleh MPR RI saat ini. MPR RI di bawah komando Zulkifli Hasan gencar melakukan kampanye untuk menjaga utuhnya NKRI dengan mensosialisasikan 4 pilar kebangsaan kepada selurah masyarakat Indonesia.
Di Provinsi Lampung, gerakan mengkampanyekan 4 pilar kebangsaan dilakukan dengan menggandeng komunitas Tapis Blogger yang notabene aktif di jejaring sosial yang di gandrungi anak muda jaman now.
Pada kegiatan yang dilakukan di Swis-Belhotel pada 18 November yang lalu, Zulkifli Hasan beserta rombongan MPR RI menjelaskan, bahwa ada beberapa pendekatan untuk menjaga empat pilar kebangsaan agar tetap utuh yaitu pendekatan Edukatif, Kultural, dan Struktural.
Melalui pendekatan edukatif empat pilar kebangsaan dikenalkan kepada generasi penerus bangsa sedini mungkin, yaitu sejak mengenyam pendidikan dasar. Sehingga pentingnya empat pilar kebangsaan akan tertanam dalam jiwa mereka.
Pendekatan kultural dilakukan dengan memperkenalkan lebih mendalam tentang budaya dan kearifan lokal kepada generasi muda. Anak mudah harus bangga dengan nilai-nilai budaya daerahnya masing-masing dan menjunjung tinggi nilas serta norma budaya yang menjadi identitas bangsa Indonesia.
Secara pendekatan struktural. Empat pilar ini harus selalu diingatkan, disosialisasikan dan dicontohkan oleh pejabat di seluruh tingkat. Mulai dari Ketua RT/RW, kepala desa, camat, lurah sampai Bupati/wali kota hingga Gubernur. Dengan demikian, maka merosotnya akhlak dan kurangnya akan wawasan kebangsaan yang terjadi di Indonesia, dapat ditangani dengan cara memperkokoh karakter bangsa. Dimana setiap warga negara dituntut lebih mandiri dan bertanggung jawab, agar mampu menghadapi era yang serba digital ini melalui empat pilar kebangsaan.