INFOBDL-COM---Di Era yang serba digital saat ini, Telepon genggam atau telepon seluler (ponsel) menjadi salah satu alat yang sangat dibutuhkan dan sudah menjadi kebutuhan primer. Bagaimana tidak, mulai dari belanja kebutuhan dapur, mendapatkan layanan kesehatan sampai jual beli saham bisa dilakukan hanya dengan beberapa sentuhan di ponsel anda.
Namun demikian, gelombang radiasi yang dikeluarkan oleh ponsel juga mengandung beberapa resiko, msalkan kita dilarang menggunakan ponsel saat di SPBU atau saat menaiki pesawat, hal tersebut dikarenakan gelombang radiasi ponsel dapat menggangu gelombang elektronik pada peralatan yang digunakan oleh pesawat maupun SPBU.
Lalu bagaimana dengan kesehatan, gelombang radiasi ponsel pada jangka panjang dipercaya dapat mempengaruhi kesehatan bahkan menyebabkan kanker. apakah benar jika menggunakan ponsel dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker. Sebelum membahas hal tersebut sebenarnya apasih gelombang radiasi ponsel itu?
Apa itu Gelombang Radiasi Ponsel
Radiasi ponsel merujuk pada radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh perangkat ponsel seluler. Radiasi ini termasuk dalam rentang frekuensi gelombang radio dan dikenal sebagai radiasi non-ionizing, yang berbeda dengan radiasi ionizing yang memiliki energi yang lebih tinggi seperti radiasi sinar-X atau radiasi nuklir.
Bahaya Radiasi Ponsel
Meskipun penelitian mengenai dampak jangka panjang radiasi ponsel masih terus dilakukan, ada beberapa bahaya potensial yang dikaitkan dengan paparan radiasi ponsel terhadap kesehatan manusia. Beberapa risiko yang telah diidentifikasi meliputi:
- Risiko kanker: Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara paparan radiasi ponsel dengan peningkatan risiko beberapa jenis kanker, terutama kanker otak dan tumor pada saraf pendengaran. Meskipun bukti ini masih bersifat terbatas dan belum ada konsensus ilmiah yang kuat, hal ini memunculkan keprihatinan dan memotivasi penelitian lebih lanjut.
- Gangguan tidur: Penggunaan ponsel sebelum tidur dapat mengganggu pola tidur dan kualitas tidur, terutama karena paparan cahaya biru yang dipancarkan oleh layar ponsel. Gangguan tidur yang berkepanjangan dapat berdampak negatif pada kesehatan secara keseluruhan.
- Gangguan kesejahteraan mental: Penggunaan yang berlebihan dan kecanduan terhadap ponsel dapat berkontribusi terhadap masalah kesejahteraan mental, seperti kecemasan, depresi, dan penurunan kualitas hidup.
7 Tips Terhindar Kanker Dari Radiasi Ponsel
Untuk mengurangi potensi risiko kanker yang terkait dengan radiasi ponsel, berikut beberapa tips yang dapat diikuti:
- Gunakan earphone atau handsfree: Dengan menggunakan earphone atau handsfree, Anda dapat menjaga jarak antara ponsel dan kepala Anda, mengurangi paparan radiasi ke otak.
- Batasi durasi dan frekuensi panggilan: Mengurangi waktu bicara di ponsel dan membatasi frekuensi panggilan dapat membantu mengurangi paparan radiasi.
- Gunakan pesan teks: Mengirim pesan teks daripada melakukan panggilan dapat mengurangi waktu paparan radiasi.
- Jaga jarak saat sinyal lemah: Saat sinyal ponsel lemah, seperti di dalam gedung atau kendaraan, jaga jarak antara ponsel dan tubuh Anda untuk mengurangi tingkat paparan radiasi.
- Gunakan mode penerbangan atau matikan ponsel saat tidur: Menggunakan mode penerbangan atau mematikan ponsel saat tidur dapat menghindari paparan radiasi yang tidak perlu.
- Prioritaskan panggilan melalui jaringan tetap: Menggunakan telepon rumah atau telepon tetap daripada ponsel dapat mengurangi paparan radiasi.
- Gunakan ponsel dengan SAR (Specific Absorption Rate) yang rendah: SAR mengukur jumlah radiasi yang diserap oleh jaringan tubuh. Memilih ponsel dengan SAR yang rendah dapat membantu mengurangi paparan radiasi.
Kesimpulan
Radiasi ponsel merupakan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh perangkat ponsel seluler. Meskipun bukti mengenai risiko kanker dan dampak jangka panjang radiasi ponsel masih terbatas, langkah-langkah untuk mengurangi paparan radiasi, seperti menggunakan earphone, membatasi durasi panggilan, dan menghindari tidur dengan ponsel, dapat membantu mengurangi risiko potensial. Namun, penting untuk terus memperhatikan perkembangan penelitian dan mengikuti pedoman kesehatan yang diberikan oleh otoritas terkait.